Beberapa tahun belakangan, banyak penjual
‘makanan alami’ muncul. Mereka menawarkan berbagai makanan dalam jumlah
terbatas namun beberapa diketahui telah ditambahkan bahan kimia ke dalamnya.
Beberapa makanan diberi label
‘organik’ yang berarti tidak ada bahan kimia dipergunakan dalam produknya.
Dengan demikian, buah dan sayuran dalam produk tersebut ditumbuhkan dalam tanah
yang hanya diberi ‘pupuk alami’. Tidak ada pestisida yang dipergunakan untuk
membasmi serangga dan perusak tanaman, yang mungkin bisa termakan dalam produk.
Susu diambil dari sapi yang hanya
boleh memakan rumput. Tidak ada antibiotik yang diberikan pada sapi, dan tanah
pun tidak diberi bahan kimia, serta susu itu sendiri tidak diolah (misalnya
dihomogenisasi). Jika menjual daging, toko ‘makanan alami’ hanya memiliki
daging dari hewan yang diberi makan jerami yang tak diolah, atau hewan tersebut
hanya makan rumput.
Makanan alami tentu saja penuh dengan
bahan kimia, tetapi bahan-bahan kimia tersebut semuanya disintesis secara alami
oleh organisme. Susu sapi mengandung lebih dari 100 macam bahan kimia. Bawang
Bombay melepaskan zat-zat kimia organik ketika dikupas, yakni metil alkohol (CH3OH),
propil merkaptan (C3H7SH), asetaldehid (CH3CHO),
propil alkohol (C3H7OH), dan senyawa-senyawa organik
lain. Wortel, tomat, kulit pisang, persik, dan buah-buahan lain mendapatkan
warna mereka dari sekelompok pigmen yang disebut sebagai karetenoid.
Klorofil adalah pigmen yang membuat
warna hijau pada buncis, kacang hijau, maupun bayam. Banyak pigmen lain yang
memberikan warna bagi makanan. Selain itu, aroma yang muncul dari kopi wangi
merupakan hasil campuran setidaknya 40 macam zat kimia. Meskipun zat-zat kimia
tersebut memberikan rasa enak serta warna dan aroma yang menarik pada makanan
alami, beberapa di antaranya dapat bersifat racun meskipun sangat jarang
ditemukan. Misalnya, suatu jamur dapat tumbuh pada produk kacang, gandum,
maupun gandum hitam. Jamur yang dimaksud dikenal sebagai jamur aflatoxin. Telah terjadi
peristiwa-peristiwa kematian hewan yang memakan gandum atau kacang yang
terkontaminasi oleh jamur tersebut. Selain itu, kacang berjamur juga dapat
menyebabkan kanker.
Jenis jamur lainnya yang dapat tumbuh
pada gandum hitam dan padi-padian lain dapat menghasilkan zat yang disebut ergot. Ergot mengandung sejumlah bahan
kimia yang berkaitan dengan asam lisergat. Ergot dapat menyebabkan penyakit
yang disebut ergotism yang ditandai
dengan kejang-kejang. Ada kemungkinan bahwa orang yang memakan gandum hitam
yang terkontaminasi jamur jenis ini akan menunjukkan tanda-tanda yang mirip
dengan yang disebabkan oleh LSD.
Beberapa makanan secara alami
memproduksi sejumlah kecil bahan kimia yang dalam jumlah besar bisa berbahaya.
Contohnya, sejumlah sayur-sayuran menghasilkan hidrogen sianida. Jadi, meskipun
memakan makanan yang tidak terkontaminasi, seseorang bisa saja memakan setumpuk
besar makanan sehingga teracuni oleh zat kimia yang terkandung di dalamnya. Hal
seperti itu jarang terjadi, justru sebenarnya zat-zat kimia tersebut dibutuhkan
oleh tubuh kita dalam jumlah tertentu.
Dalam masyarakat industri seperti sekarang ini,
hampir tak mungkin manusia memakan makanan alami meskipun mereka
menginginkannya. Makanan alami tidak tersedia cukup banyak untuk memberi makan
seluruh penduduk. Kebutuhan akan berbagai jenis makanan yang dapat disimpan
dalam waktu lama, dipenuhi dengan pemakaian zat aditif kimia.
0 comments:
Post a Comment