
Hampir semua orang menyukai makanan manis seperti es
krim, selai, jeli, produk roti, coklat, berbagai sereal, kopi, dan ratusan
makanan lainnya. Bahan alami yang disebut gula adalah karbohidrat sukrosa (C12H22O11),
yang bisa diperoleh dari tebu dan bit. Tanaman tebu telah ditanam di India dan
Cina sejak lebih dari 3000 tahun yang lalu. Kata ‘gula’ itu sendiri berasal
dari bahasa Sanskerta carkara yang
berarti ‘butiran pasir’.
Dari India, tebu melakukan perjalanan ke barat, dan pada
akhir abad ke-15 dibawa ke Brazil dan Amerika Tengah. Gula mempunyai dua sifat
fisik penting. Pertama, gula sangat larut dalam air. Pada 00C, 179
gram sukrosa akan larut dalam 100 mL air, dan pada 1000C, 487 gram
akan terlarut. Tidak hanya sangat larut, tetapi gula juga membentuk kristal,
sehingga dapat mudah dituangkan dan ditambahkan pada produk makanan seperti
batangan permen. Satu ons gula mengandung 120 kalori, dan karena banyak orang
mengkonsumsinya dalam jumlah besar, maka diusahakan untuk membuat substitusi
gula. Usaha ini menghasilkan penggunaan pemanis non-nutritif. Dua macam
pengganti gula yang paling banyak dipakai adalah sakarin dan natrium atau
kalsium siklamat. Sakarin, yang pertama kali dibuat tahun 1879 merupakan bubuk
kristal putih yang tak berbau, yang biasa dipakai dalam bentuk natrium sakarin
yang mudah larut. Sakarin berkekuatan sekitar 550 kali lebih manis daripada
sukrosa, tapi juga memiliki rasa pahit yang mudah dikenali. Sakarin dapat
dibuat dari toluen (C6H5CH3) melalui serangkaian
reaksi. Toluen sendiri dapat diperoleh dari minyak.
Siklamat berkekuatan 30 kali lebih manis daripada gula,
namun pada tahun 1969 diketahui bahwa injeksi dosis tinggi natrium dan kalsium
siklamat pada tikus penyebab kanker kandung kemih. Akibatnya, penggunaan
siklamat dilarang, sehingga sakarin menjadi pemanis non-nutritif yang utama.
Penelitian dengan menggunakan tikus menunjukkan bahwa
sakarin dalam dosis yang sangat besar juga menyebabkan kanker kandung kemih.
Namun meskipun tidak ada bukti bahwa sakarin berefek sebaliknya pada manusia,
hingga kini zat tersebut terus digunakan dalam minuman soda diet dan makanan
diet. Ada suatu pengharapan bahwa suatu protein dengan rasa manis dapat dibuat.
Di masa depan bisa saja kita memakan makanan atau
minuman yang dimaniskan dengan kandungan protein. Jika pemanisan makanan seperti ini
menjadi kenyataan, kita akan mendapatkan produk dengan rasa manis yang tidak
hanya rendah kalori, tapi juga bergizi tinggi.
0 comments:
Post a Comment