Dua macam zat cair yang dicampurkan dapat saling melarut
dan membentuk suatu larutan zat cair yang homogen; atau sebaliknya, yakni kedua
zat cair yang dicampurkan bisa tidak tercampur sama sekali (tidak saling
larut). Makanan seringkali mengandung dua macam zat cair atau lebih seperti air
dan berbagai minyak, misalnya margarin atau minyak kacang tanah dalam selai
kacang.
Dalam berbagai produk makanan, minyak tidak saling larut
dengan air sehingga minyak terpisah dan membentuk lapisan dua macam zat cair
(misalnya pada saus salad komersial). Untuk mencegah terpisahnya minyak dan air
menjadi dua lapisan, zat kimia yang dikenal sebagai ‘pengemulsi’ ditambahkan
pada makanan. Pengemulsi merupakan suatu zat kimia yang dapat menyebabkan
terjadinya suspensi satu zat cair di dalam zat cair lain. Penambahan pengemulsi
menyebabkan tetesan minyak dapat tersuspensi dalam air sehingga minyak dan air
tidak mudah terpisah. Akan tetapi bila produk makanan dibiarkan begitu saja
dalam waktu cukup lama, pada akhirnya minyak akan terpisah dan membentuk
lapisan.
Secara struktural, lesitin sama seperti lemak, tetapi
penting diperhatikan bahwa molekul lesitin memiliki ujung polar maupun ujung
non polar. Ketika ditempatkan dalam lingkungan minyak air, ujung polar menempel
pada kutub-kutub air sedangkan ujung non polar menempel pada tetesan lemak atau
minyak, sehingga hasilnya tetesan minyak tidak dapat berkumpul membentuk
lapisan (campuran terstabilitasi).
Sabun juga merupakan bahan zat pengemulsi. Dengan bekal
pengalaman bertahun-tahun membuat sabun, para pembuat sabun mencoba membuat zat
kimia pengemulsi yang dapat digunakan pada makanan, dan mereka berhasil.
Zat pengemulsi sintetik yang pertama dibuat adalah monogliserida yang dibuat dari lemak alam jenuh dan gliserol (gliserin), baru kemudian dikembangkan digliserida sebagai zat pengemulsi. Zat-zat kimia sintetik ini memberi sumbangan besar pada mekanisasi industri roti dan kue, serta pada produksi roti dan kue besar-besaran. Pengemulsi yang sering ditambahkan pada makanan yakni lesitin, monogliserida, digliserida, serta polisorbat 60 atau 80.
Zat pengemulsi sintetik yang pertama dibuat adalah monogliserida yang dibuat dari lemak alam jenuh dan gliserol (gliserin), baru kemudian dikembangkan digliserida sebagai zat pengemulsi. Zat-zat kimia sintetik ini memberi sumbangan besar pada mekanisasi industri roti dan kue, serta pada produksi roti dan kue besar-besaran. Pengemulsi yang sering ditambahkan pada makanan yakni lesitin, monogliserida, digliserida, serta polisorbat 60 atau 80.
0 comments:
Post a Comment