Lemak dan minyak bereaksi dengan oksigen, yakni molekul
O2 menyerang ikatan rangkap yang ada pada bagian asam lemak dari
suatu lemak atau minyak, sehingga menghasilkan pembentukan hidroperoksida:
Totalnya, oksidasi lemak dan minyak berakhir dengan
pembentukan senyawa yang memiliki bau dan rasa tak enak, bahkan sebagian hasil
oksidasi dipercaya memiliki beberapa derajat toksisitas. Untuk mencegah suatu
lemak bereaksi dengan O2, maka O2 dihalangi atau
ditambahkan suatu antioksidan pada lemak. Antioksidan dapat berupa suatu zat
kimia atau campuran zat-zat kimia yang bereaksi terlebih dahulu dengan O2,
sehingga mencegah lemak bereaksi dengan O2. Senyawa yang dihasilkan
dari reaksi antara antioksidan dengan O2 tidak memiliki bau atau
rasa tengik.
Beberapa makanan mengandung antioksidan alami seperti
vitamin E, lesitin, dan asam askorbat (vitamin C). asam askorbat ditemukan
dalam sari buah lemon, limau, serta nanas yang seringkali ditambahkan pada
makanan yang mengandung lemak atau minyak, misalnya pada margarin dengan tujuan
untuk melindungi minyak dalam margarin dari oksigen.
Asam-asam lain yang dipakai sebagai antioksidan adalah
asam fosfat (H3PO4) dan asam sitrat (C6H8O7).
Dua macam antioksidan yang paling dikenal adalah BHA (butylated hydroxyanisole)
yang dikembangkan di akhir 1940-an, dan BHT (butylated hydroxytoluene) yang
dikembangkan tahun 1954.
BHT dan BHA digunakan dalam minyak goreng, keripik
kentang, kacang asin, margarin, dan sereal kemasan. Sama seperti antioksidan
lain, kedua zat kimia ini bereaksi cepat dengan oksigen sehingga mencegah
molekul O2 bereaksi dengan makanan.
Sejak tahun 1958, ilmuwan dari Food and Drug Administration terus-menerus menguji BHT dan BHA untuk
memastikan bahwa kedua zat kimia tersebut aman, dan sampai saat ini uji
toksikologi terhadap tikus belum menunjukkan adanya efek berbahaya.
0 comments:
Post a Comment