Semua metoda tradisional tergantung pada meningkatnya
konsentrasi padatan terlarut dalam air yang terdapat pada makanan, yang dapat
dilakukan dengan salah satu dari cara-cara berikut:
1. Membubuhkan garam, gula, atau
asam pada makanan.
2. Menghilangkan air dengan
mengasapi atau mengeringkan (yang otomatis meningkatkan konsentrasi zat
terlarut dalam sisa air).3. Membiarkan fermentasi terjadi,
dan membiarkan hasil fermentasi tetap berada dalam makanan sampai cukup untuk
mencegah aktivitas biologis lebih lanjut (misalnya dalam pembuatan minuman
anggur atau pembuatan keju).
Gula dan Garam
Buah-buahan dapat diawetkan dengan memasukkannya ke
dalam sirup gula. Sedangkan daging, ikan, dan sayuran dapat diawetkan dengan
garam. Jika makanan dimasak dalam larutan garam 3 – 6%, atau garam dibubuhkan
pada makanan, garam tersebut masuk dalam sari makanan sehingga meningkatkan
konsentrasi garam dalam air yang terkandung dalam makanan tersebut.
Bakteri, ragi, dan jamur dapat mengandung lebih dari 80%
air. Bila mikroorganisme tersebut berada dalam larutan pekat gula atau garam,
maka konsentrasi H2O dalam sel mereka lebih tinggi daripada
konsentrasi H2O dalam makanan. Hal ini mengakibatkan air dalam sel
mikroorganisme berpindah ke sari makanan melalui membran sel. Perpindahan air
dari daerah berkonsentrasi tinggi (dalam sel organisme) ke daerah dengan
konsentrasi air lebih rendah, secara efektif menginhibisi pertumbuhan
mikroorganisme.
Kehadiran garam dalam air juga menurunkan kecepatan
pertumbuhan bakteri karena turunnya kelarutan oksigen dalam air, mengekspos sel
bakteri terhadap karbon dioksida, serta mempengaruhi fungsi protein bakteri.
Bakteri terinhibisi jauh lebih banyak daripada jamur dan ragi. Semakin banyak
garam dalam makanan maka semakin lama makanan tersebut terawetkan, yakni enam
bulan atau lebih.
Pengasapan dan Pengeringan
Pengasapan dilakukan jauh sebelum alasan keefektifannya
dipahami. Pembakaran jenis kayu yang berbeda menghasilkan jenis asap yang
berbeda pula. Dalam rumah pembakaran, asap dari kayu yang dibakar mengeringkan
makanan dari sisi luar dan memasok zat-zat kimia pengawet seperti fenol dan
formaldehid. Penurunan jumlah air serta pembunuhan mikroorganisme secara
langsung oleh panas dan zat kimia dapat mengawetkan makanan. Kadangkala
pengasapan dilakukan bukan untuk mengawetkan makanan tetapi hanya untuk memberi
rasa pada makanan dengan berbagai zat kimia berbau harum yang berasal dari kayu
bakar.
Pengeringan adalah salah satu metoda pengawetan tertua.
Pengeringan tenaga matahari dilakukan sejak beribu-ribu tahun yang lalu untuk
mengawetkan ikan dan buah-buahan tertentu.
Fermentasi
Fermentasi alami terjadi bila kondisi sesuai bagi
mikroorganisme untuk bereaksi dengan berbagai zat kimia organik dalam makanan,
reaksi ini penting dalam dekomposisi zat-zat alami. Di masa lalu ditemukan
bahwa jus buah tertentu menimbulkan rasa alkohol, dan rasa susu dapat menjadi
asam. Kedua proses itu merupakan proses fermentasi, dan hasilnya dalam makanan
dapat disimpan untuk waktu lama.
Meskipun negara-negara industri modern pada umumnya
tidak melakukan fermentasi untuk tujuan pengawetan, namun banyak negara miskin
tergantung pada fermentasi selama pengeringan tenaga matahari. Mungkin proses
fermentasi yang paling banyak dikenal adalah ‘pengacaran’ (pembuatan acar), dengan
memakai cuka yang mengandung 2 – 3% asam asetat sebagai bahan pengawet. Asam
asetat diperoleh ketika berbagai bakteri, dengan kehadiran oksigen,
memfermentasi etil alkohol. Reaksi mekanisme fermentasi untuk memproduksi cuka
adalah sebagai berikut:
0 comments:
Post a Comment