
Sejak saat makanan dipanen atau
disembelih, makanan itu terus mengalami proses pembusukan. Tergantung pada
jenis makanan, pembusukan dapat berjalan lambat (misalnya biji-bijian atau
kacang-kacangan) atau cepat (misalnya susu). Bakteri, ragi, jamur, serangga,
dan hewan pengerat berkompetisi dengan manusia untuk mendapatkan makanan.
Misalnya, mikroorganisme dapat melakukan:
1.
Dekomposisi karbohidrat menjadi
asam organik dan karbondioksida.
2.
Memecah protein menjadi amina,
amonia, dan asam organik.
3.
Dekomposisi molekul ester
sehingga menjadi alkohol dan asam.
Semua hasil dekomposisi di atas
memberi rasa dan bau yang tak diinginkan pada makanan, dan bisa jadi hasil
reaksi dekomposisi tersebut bersifat racun. Selain itu, banyak senyawa organik
dalam makanan yang dapat dihancurkan oleh panas, dingin, cahaya, oksigen,
kelembaban, kekeringan, dan enzim-enzim alami yang ada dalam makanan. Akhirnya,
makanan menyerap bau dan rasa asing atau terkontaminasi oleh ion logam seperti
Cu2+. Seringkali perusakan makanan ini berlangsung secara simultan
(terus-menerus).
Dari semua faktor, penyebab utama
kerusakan makanan adalah karena pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri,
ragi dan jamur. Organisme perusak makanan ini ditemukan di mana-mana, yakni di
tanah, udara, air, kulit ternak, usus hewan, serta kulit buah dan sayuran.
Beberapa bakteri membentuk spora, dan
bakteri seperti ini termasuk organisme yang paling resistan. Bakteri, ragi dan
jamur berkembang dalam kondisi yang hangat dan lembab, tetapi beberapa galur
dapat tumbuh pada suhu mendekati beku, dan beberapa juga dapat hidup dalam air
panas.
Dalam mengawetkan makanan, sangat
penting untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang ada di
dalamnya. Semua ini harus dilakukan sambil mengawetkan juga rasa dan nilai gizi
makanan tersebut. Bahan kimia pengawet berjumlah terbatas, dua di antaranya telah lama
dipergunakan yaitu asam benzoat (yang terdapat secara alami dalam berbagai
tanaman), serta natrium benzoat. (soda benzoat).
Asam benzoat dan natrium benzoat
paling efektif bekerja dalam interval pH 2,5 – 4,0 dan lebih efektif
menginhibisi pertumbuhan ragi dan bakteri daripada menginhibisi jamur. Karena
bekerja pada pH rendah, zat-zat kimia tersebut digunakan dalam makanan dengan
tingkat keasaman tinggi seperti jus buah, soda, acar, dan saus salad.
Bermacam-macam minuman soda dan jeruk
mengandung natrium benzoat, biasanya 1/10 dari 1%. Zat kimia lain yang bekerja
optimal dalam produk dengan keasaman tinggi adalah sulfur dioksida dan
senyawa-senyawa sulfit tertentu. Sulfur dioksida telah dipakai selama
berabad-abad.
Orang Romawi dan Mesir kuno membakar
belerang dan menggunakan uapnya untuk mensterilkan minuman anggur. Senyawa
sulfit yang digunakan untuk pengawet memiliki wujud padat yakni natrium sulfit
(Na2SO3), kalium sulfit (K2SO3),
dan natrium bisulfit (NaHSO3). Senyawa-senyawa sulfit padat
digunakan dalam biskuit gandum panggang dan bubur kentang instan. Ketika air
ditambahkan pada produk, senyawa sulfit bereaksi dengan air membentuk asam
sulfit (H2SO3), asam ini menginhibisi pertumbuhan ragi,
jamur, dan bakteri.
Produk roti dalam kemasan mudah
dirusak oleh jamur karena terbuka terhadap organisme atmosferik sebelum dan
sesudah pembungkusan. Zat kimia yang paling umum ditambahkan untuk mencegah
kerusakan produk roti ini adalah kalsium propionate dan natrium propionate,
serta asam laktat (lebih sedikit dipergunakan).
Dengan cukup kuat, zat-zat kimia ini
dapat mengubah struktur protein bakteri. Sama seperti asam-asam lain, basa,
alkohol tertentu, dan sinar ultraviolet, perubahan ini disebut denaturasi.
Bahan pengawet bisa membuat sebagian
ikatan dalam protein tertentu pada bakteri menjadi rusak, atau membuat
perubahan pada bentuk geometris protein. Hasilnya, perubahan pada protein
bakteri tersebut menjadikannya tak berfungsi seperti protein alaminya sehingga
pertumbuhan bakteri terinhibisi, dan makanan yang mengandung bakteri tersebut
terawetkan. Pengawet-pengawet lainnya antara lain:
1.
Berbagai ester yang didapat
dari asam p-hidroksibenzoat (parabens). Zat kimia ini efektif pada nilai pH
yang lebih tinggi daripada asam benzoat dan penggunaannya terbatas pada makanan
panggang, bir, soda, dan beberapa makanan lain.
2.
Asam asetat (cuka) dan
senyawa-senyawa dari asam asetat. Senyawa ini menginhibisi pertumbuhan bakteri
dan ragi. Digunakan dalam produk keju, saus salad, kecap, dan makanan panggang.
3.
Asam sorbat dan natrium atau
kalium sorbat.
4.
Kalsium dinatrium EDTA. Tergantung
pada konsentrasinya serta jenis makanan yang diawetkan, senyawa ini dapat
berperan sebagai pengawet atau sebagai sequestering
agent.
Bila anda membeli makanan kemasan, periksalah
label produk, perhatikan pengawet apa yang digunakan (bila ada).
0 comments:
Post a Comment