
Komposisi kimia lemak pertama kali ditentukan di
Perancis tahun 1828. Di tahun tersebut, tidak hanya dilakukan isolasi lemak
tetapi juga ditunjukkan bahwa lemak adalah senyawa yang dibentuk dari gliserol
(gliserin) dan asam lemak, yang berarti merupakan ester. Awalnya disangka bahwa
lemak hanya dapat diperoleh dengan memakan makanan yang mengandungnya, tetapi
pada tahun 1845 hasil riset mengungkapkan bahwa karbohidrat dapat diubah
menjadi lemak.
Lemak penting sebagai sumber energi, serta mengandung
vitamin yang larut dalam lemak. Oksidasi lemak dan minyak melepaskan lebih dari
dua kali energi yang dilepaskan oleh oksidasi karbohidrat dengan berat yang
sama. Lebih sulit untuk ‘membakar’ lemak daripada karbohidrat.
Tergantung pada jumlah gugus OH dari gliserin yang
bereaksi dengan molekul asam lemak, terbentuklah trigliserida (tiga molekul
asam lemak bereaksi), digliserida (dua molekul asam lemak bereaksi), atau
monogliserida (hanya satu molekul asam lemak yang bereaksi).
Hampir semua lemak mengandung asam lemak rantai linier.
Kebanyakan asam lemak ini memiliki atom karbon berjumlah genap, tetapi jenis
ikan tertentu (misalnya tuna) dan bakteri memiliki asam lemak dengan jumlah
karbon ganjil yang lumayan banyak.
Asam lemak yang ditemukan dalam produk hewan pada
umumnya memiliki atom karbon genap yakni 16 – 24 atom karbon. Asam lemak
mengandung gugus polar –COOH (karboksil) dan suatu rantai hidrokarbon nonpolar.
Kelarutan asam lemak (atau lemak) dalam air tergantung
pada panjang rantai hidrokarbon, yakni semakin panjang rantainya maka molekul
akan semakin larut dalam molekul organik nonpolar seperti benzena dan lebih tak
larut dalam air maupun pelarut polar lain.
Lemak yang mengandung asam palmitat, stearat, oleat, dan
linoleat berjumlah lebih dari 90% dari seluruh asam lemak dalam makanan. Asam
linoleat terdapat hanya dalam jumlah sangat kecil dalam lemak hewan, tetapi
sangat banyak dalam minyak sayur. Asam palmitat adalah asam lemak yang terdapat
dalam lemak buah kelapa sawit. Asam stearat terdapat dalam jumlah besar (10 –
30%) dalam lemak hewan tetapi hanya sedikit sekali dalam minyak sayur. Asam
oleat adalah asam utama dalam minyak zaitun dan minyak kenari, serta dalam
lemak domba dan sapi.
Sangat sedikit lemak yang hanya mengandung asam lemak
jenuh atau hanya asam lemak tak jenuh. Suatu lemak yang dikatakan tak jenuh
adalah lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh relatif tinggi, namun tetap
saja bisa terdapat molekul asam lemak jenuh yang terikat pada gliserin.
Semua lemak alami adalah campuran dari banyak molekul
lemak. Hanya terdapat satu asam lemak esensial yaitu asam linoleat yang
merupakan suatu asam poli tak jenuh (polyunsaturated
acid). Atom H ditambahkan pada atom-atom karbon ikatan rangkap yang
bersebelahan dalam molekul asam lemak dan mengubah ikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal. Hasilnya, molekul tak jenuh berubah menjadi molekul jenuh dan
wujud minyak cair berubah menjadi lemak padat.
Dalam pembuatan margarin dari minyak jagung atau minyak
tumbuhan lain, hidrogen direaksikan dengan minyak tersebut. Sebagian ikatan
rangkap diputuskan, dan atom hidrogen menempel pada atom-atom karbon yang
berdekatan sehingga menghasilkan zat yang lebih padat. Tergantung pada berapa
lama hidrogenisasi dilakukan, sebagian ikatan rangkap dalam minyak dapat
dijenuhkan dan menghasilkan lemak semi padat, atau seluruh ikatan rangkap dijenuhkan
sehingga diperoleh lemak keras. Karena lemak mengandung sejumlah molekul yang
berbeda-beda, bila dipanaskan maka lemak akan melembut tetapi tidak meleleh.
Bila terus dipanaskan, lemak tersebut akan berasap dan kemudian terbakar.
Molekul lemak bisa menggumpal dalam air atau
udara, seperti yang terjadi dalam susu dan krim. Udara juga bisa terperangkap
dalam lemak, seperti yang terjadi pada mentega. Ketika lemak ditaruh pada
makanan, makanan tersebut lebih mudah ditelan karena menjadi licin.
0 comments:
Post a Comment